Penalaran
Induktif
dan Deduktif
Dalam
Karya
Ilmiah
Seperti yang telah saya tuliskan beberapa waktu lalu
mengenai penalaran, kali ini saya hanya akan mereview kepada para blogger
sebagai pengingat mengenai penalaran induktif dan deduktif. Namun bahasan pokok
kali ini adalah mengenai keterkaitan Penalaran Induktif dan Deduktif Dalam Karya
Ilmiah. Semoga bermanfaat..
Penalaran adalah
proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan
empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan
pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi-proposisi
yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap
benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak
diketahui. Proses inilah yang disebut menalar.
Metode
Induktif
Paragraf Induktif adalah paragraf yang diawali
dengan menjelaskan permasalahan-permasalahan khusus (mengandung pembuktian dan
contoh-contoh fakta) yang diakhiri dengan kesimpulan yang berupa pernyataan
umum. Paragraf Induktis sendiri dikembangkan menjadi beberapa jenis.
Pengembangan tersebut yakni paragraf generalisasi,
paragraf analogi,
paragraf sebab akibat bisa
juga akibat sebab.
Metode
Deduktif
Metode berpikir deduktif adalah metode berpikir yang
menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam
bagian-bagiannya yang khusus.
KETERKAITAN
PENALARAN DALAM PROSES PENULISAN ILMIAH
Suatu karangan sesederhana apapun akan mencerminkan
kualitas penalaran seseorang. Penalaran itu akan tampak dalam pola pikir
penyusuan karangan itu sendiri. Penalaran dalam suatu karangan ilmiah mencakup
5 aspek/matra. Kelima aspek tersebut adalah:
a. Aspek
keterkaitan
Aspek keterkaitan adalah hubungan antarbagian yang
satu dengan yang lain dalam suatu karangan. Artinya, bagian-bagian dalam
karangan ilmiah harus berkaitan satu sama lain. Pada pendahuluan misalnya,
antara latar belakang masalah – rumusan masalah – tujuan – dan manfaat harus
berkaitan. Rumusan masalah juga harus berkaitan dengan bagian landasan teori,
harus berkaitan dengan pembahasan, dan harus berkaitan juga dengan kesimpulan.
b. Aspek
urutan
Aspek urutan adalah pola urutan tentang suatru yang
harus didahulukan/ditampilkan kemudian (dari hal yang paling mendasar ke hal
yang bersifat pengembangan). Suatu karangan ilmiah harus mengikuti urutan pola
pikir tertentu.Pada bagian Pendahuluan, dipaparkan dasar-dasar berpikir secara
umum. Landasan teori merupakan paparan kerangka analisis yang akan dipakai
untuk membahas. Baru setelah itu persoalan dibahas secara detail dan lengkap.
Di akhir pembahasan disajikan kesimpulan atas pembahasan sekaligus sebagai
penutup karangan ilmiah.
c. Aspek
argumentasi
Yaitu bagaimana hubungan bagian yang menyatakan
fakta, analisis terhadap fakta, pembuktian suatu pernyataan, dan kesimpulan
dari hal yang telah dibuktikan. Hampir sebagian besar isi karangan ilmiah
menyajikan argumen-argumen mengapa masalah tersebut perlu dibahas
(pendahuluan), pendapat-pendapat/temuan-temuan dalam analisis harus memuat
argumen-argumen yang lengkap dan mendalam.
d. Aspek
teknik penyusunan
Yaitu bagaimana pola penyusunan yang dipakai, apakah
digunakan secara konsisten. Karangan ilmiah harus disusun dengan pola
penyusunan tertentu, dan teknik ini bersifat baku dan universal. Untuk itu
pemahaman terhadap teknik penyusunan karangan ilmiah merupakan syarat multak
yang harus dipenuhi jika orang akan menyusun karangan ilmiah.
e. Aspek
bahasa
Yaitu bagaimana penggunaan bahasa dalam karangan
tersebut? baik dan benar? Baku? Karangan ilmiah disusun dengan bahasa yang
baik, benar dan ilmiah. Penggunaan bahasa yang tidak tepat justru akan
mengurangi kadar keilmiahan suatu karya sastra lebih-lebih untuk karangan
ilmiah akademis. Beberapa ciri bahasa ilmiah: kalimat pasif, sebisa mungkin
menghindari kata ganti diri (saya, kami, kita), susunan kalimat efektif/hindari
kalimat-kalimat dengan klausa-klausa yang panjang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar